Selasa, 03 Februari 2009

Friend of God..

Andy, Sahabat Yesus

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur,
Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah bebatuan
dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya di mana banyak kendaraan yang
melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir
sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan. Tindakannya
selama
ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah
yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" Balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati
Pendeta
tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata
kepada bocah tersebut, "Jangan menyeberang jalan raya sendirian. Setiap
kali
pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke
seberang jalan. Jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang
ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah
pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan... sahabatku."

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di
depan
altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di
balik
altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

Andy berkata...

Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku
tidak mencontek walaupun temanku melakukannya.

Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan
yang
bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi
melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang
terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar.

Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu
minggu depan. Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa...
paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.

Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah
bulan
ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong bantu mereka
supaya bisa sekolah lagi. Tolong Tuhan...

Oh ya, Engkau tahu ibu memukulku lagin karena aku nakal. Ini memang
menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih
punya seorang Ibu.

Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, di
sini... di sini... aku rasa Engkau tahu yang ini kan? Tolong jangan marahi
Ibuku ya? Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan
biaya
sekolahku... Itulah mengapa dia memukul kami.

Oh Tuhan... Aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis
yang
cantik di kelasku, namanya Anita. Menurut Engkau apakah dia akan
menyukaiku?
Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku
tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah
sahabatku.

Hei... ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu
saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan
bagiMu.
Aku berharap Engkau akan menyukainya.

Ooops aku harus pergi sekarang.

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta,
Bapa
Pendeta, aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku
menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen
sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari
Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang
murni
kepada Allah... suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa
memimpin
gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada
4
wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala
sesuatu
yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang
menyinggung
mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari
pesta
Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan... Aku..."

"Kurang ajar kamu bocah!!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa???!!!
keluar...!!!"

Andy begitu terkejut, "Di mana Bapa Pendeta Agaton? Dia seharusnya
membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat
pintu
belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, ini
hari ulang tahun-Nya, aku punya hadiah untuk-Nya..."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari
keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah... kamu akan
mendapatkannya! !!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian
menyeberangi
jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja.

Dia mulai menyeberang ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan
kencang, sebab di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan.

Andy melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak
melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar, tapi itu tidaklah cukup...

Dan...

Andy pun tewas tertabrak. Orang-orang di sekitarnya berlarian dan
mengelilingi tubuh bocah malang yang tak bernyawa tersebut.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan
wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk
tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf Tuan, apakah Anda
keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?"

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu
dalam
segera berdiri dan berkata, "Dia adalah sahabatku."

Hanya itulah yang dia katakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan
menaruhnya di dadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah
malang
tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut
semakin
penasaran...

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan.
Dia
berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih
tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua
Andy.

"Bagaimana Anda mengetahui putera Anda meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy
terisak.

"Apa katanya?"

Ayah Andy berkata, "Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat
berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas
meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi
ada
suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia
menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy
dari
wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan
sesuatu..."

"Apa yang dia katakan?"

"Dia berkata kepada puteraku... 'Terima kasih buat kadonya. Aku akan
segera
berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku.'"

Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian, semuanya itu terasa begitu
indah. Aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu
aku menangis karena bahagia... aku tidak dapat menjelaskannya Bapa
Pendeta,
tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati
kami. Aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku... Aku tidak
dapat
melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di
Surga
sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta, siapakah Pria ini yang
selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya
mengetahui karena Anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali pada
waktu
puteraku meninggal."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan
lutut
gemetar dia berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali
dengan Tuhan."

......................................

2 komentar:

  1. kle'
    seken ada ne care keto jaman jani ah?
    ...
    serasa mukjizat ntu,
    fiuh..
    no comment dah!

    BalasHapus
  2. In God we believe..
    Everything is possible for God.
    Ampe merinding baca cerita ini....

    BalasHapus